Home » » EKSISTENSI MUSIK KERONCONG DI KALANGAN MASYARAKAT

EKSISTENSI MUSIK KERONCONG DI KALANGAN MASYARAKAT

Written By LPM Industria on Senin, 07 September 2015 | 10.17

alat musik keroncong tugu (doc. google)
Musik merupakan lantunan nada yang seirama mengiringi syair nan indah, menjadi tempat bagi sebagian orang untuk mengekspresikan diri. Musik dari zaman ke zaman semakin berkembang mulai dari genre pop, rock, klasik, R&B, dangdut, hingga keroncong. Keroncong adalah salah satu jenis musik yang sarat akan budaya, penikmatnya pun mulai dari tua hingga muda. Kini eksistensi musik keroncong tak hilang dan tetap berjaya ditelinga pendengar setianya.
            Musik keroncong, lahir dan berkembang di Indonesia dengan sentuhan musik tradisi bangsa Portugis yang dikenal sebagai fado, yang biasa dimainkan oleh pelaut dan budak kapal ketika berlayar sejak abad ke-15. Musik ini juga dimainkan ketika bangsa Portugis berhasil mencapai wilayah Nusantara khususnya Maluku sekitar abad ke-16 dalam misi mencari rempah-rempah. Selain Maluku, bangsa Portugis juga singgah di Jakarta dan mendiami tempat bernama Tugu. Lama mendiami tempat ini membuat bangsa Portugis menikahi wanita-wanita pribumi hingga memiliki anak dan cucu.
            Awal mula sebutan kata “keroncong” karena alat musik machina yang dimainkan menghasilkan bunyai clang clong clang clong. Dahulu masyarakat biasa memainkan alat musik bernama machina ini (sejenis ukulele) pada sore hari setelah selesai memancing, bercocok tanam, ataupun berburu. Pada abad ke-18 musik keroncong ini mulai menyebar ke daerah Kemayoran, Gambir dan Kota yang aransemen musiknya lebih kebetawi-betawian dan berbaur dengan musik tanjidor. Selain berkembang di Jakarta, musik keroncong juga makin meluas hingga ke daerah Jawa dan sekitarnya. “Kalau di daerah Jawa, aransemen musiknya cenderung lebih lembut dan tenang seperti karakter masyarakat Jawa pada umumnya. Contohnya Sundari Soekotjo yang juga penyanyi keroncong dengan suara lembutnya,” ujar Pak Guido selaku pengamat musik.
            Tahun 1925-an musik keroncong makin dikenal masyarakat dan sekitar tahun 1935 lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang muncul, sehingga masyarakat menilai bahwa Gesang adalah pelopor musik keroncong di Indonesia. Dari tahun ke tahun, perkembangan musik keroncong juga bermacam-macam jenisnya mulai dari Keroncong Tempo Doeloe, Keroncong Abadi, Keroncong Asli, Keroncong Modern, hingga Keroncong Millenium dimana muncul lagu “Keroncong Protol” yang dibawakan oleh Bondan Prakoso & Fade 2 Black dengan memadukan unsur rap dan iringan musik keroncong. Keroncong kini juga mulai dilestarikan oleh para kaula muda. Salah satu komunitas di Jakarta yang masih melestarikan musik keroncong ialah Sanggar Cafrinho Tugu yang sudah ada sejak tahun 1925. Sanggar Cafrinho Tugu memiliki anggota tetap 8 orang dimana setiap anggota memegang peran penting dalam memainkan alat musik keroncong seperti machina, biola, selo, gendang, suling, kontrabass, dan seorang vokalis.
Masyarakat pun menilai bahwa adanya musik keroncong dapat memberi warna pada industri musik tanah air sehingga pilihan masyarakat dalam mendengarkan musik cukuplah banyak. “menurut saya adanya musik keroncong yang masih bertahan justru mampu membuat Indonesia semakin kaya akan budaya, sehingga musik keroncong sendiri juga patut untuk dipertahankan,” ujar Bagas Ramadhan, guru seni budaya di salah satu sekolah di Jakarta. Pada dasarnya setiap lagu tidak ada pengaruhnya dengan genre musik karena lagu jenis apapun bisa dibuat dan diaransemen ulang ke dalam genre musik apapun juga. Pemerintah selayaknya juga ikut andil dalam menjaga kebudayaan bangsa, dengan memberi perhatian berupa anggaran dan fasilitas demi keberlangsungan musik budaya tanah air. Dan kita pun sebagai generasi pelurus dan penerus, sudah sepantasnya bergerak untuk melestarikan music keroncong ini.



-Fika Muflika Ismi-
Share this article :
Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : Creating Website | Modifikasi Oleh Tri Andriano
Copyright © 2013. LPM Industria Official Website - All Rights Reserved

Dipersembahkan Untuk Lembaga Pers Mahasiswa Industria