Memutar kembali memori di masa kanak-kanak,
saat bermain layang-layang. Tak hanya anak-anak yang gemar bermain layang-layang, orang dewasa pun gemar memainkannya. Seperti itu yang dirasakan ketika berada di
Museum Layang-Layang. Membangkitkan memori indah tentang layang-layang.
Permainan tradisional yang kini sudah jarang terdengar lagi gaungnya.
![]() |
Suasana di dalam musem layang-layang (Sunber: jakarta.panduanwisata) |
Kecintaannya terhadap dunia layang-layang yang begitu besar,
mengantarkan seorang pakar kecantikan, yaitu Endang Ernawati untuk membuat sebuah
Museum Layang-Layang. Beliau menyediakan wadah untuk menyimpan semua
hasil koleksi layang-layang yang dimilikinya. Endang Ernawati mulai mewujudkan mimpinya dengan membuka sebuah galeri bernama Merindo Kites and Gallery, lalu mengikuti berbagai festival layang-layang di nusantara hingga mancanegara dan
pada Maret 2003, Endang membangun sebuah Museum Layang-Layang
Indonesia yang berlokasi di Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Di
dalam Museum Layang-layang Indonesia terdapat berbagai koleksi layang-layang
yang berasal dari berbagai wilayah di nusantara hingga mancanegara. Terdapat
kurang lebih 500 jenis layang-layang, mulai dari layang-layang miniatur yang
berasal dari Cina, hingga layang-layang berukuran raksasa, yaitu Megaray. “Ada
banyak jenis layang-layang disini, tetapi tidak di pamerkan semuanya, agar
tidak cepat rusak dan pudar warnanya,” ujar Budi Setiawan selaku pemandu Museum Layang-layang Indonesia. Selain dipamerkan
di museum ini, layang-layang juga dapat di sewa untuk berbagai acara ataupun
festival layang-layang. Mayoritas
layang-layang di museum ini merupakan layang-layang yang berasal dari Asia
Tenggara, namun ada juga
layang-layang dari negara lain, seperti Jepang, Korea, Cina, Turki, Belanda dan
negara lainnya.
Selain menampilkan koleksi layang-layang,
pengunjung juga dapat belajar membuat keramik, batik, wayang, lampion dan hasilnya pun bisa dibawa pulang sebagai buah
tangan dari museum ini. Pengunjung yang datang ke museum ini biasanya
pelajar-pelajar yang ingin mengetahui tentang berbagai jenis kerajinan tangan. “Mereka kesini biasanya rombongan dari sekolah-sekolah dan
semuanya tertarik pada layang-layang dan kerajinan tangan lainnya,” lanjut Budi Setiawan.
Melalui museum
ini, memori di masa kanak-kanak seperti terulang kembali. Dengan didirikannya museum ini tentunya diharapkan
kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat
agar generasi penerus bangsa dapat
mengetahui dan melestarikan permainan
tradisional.
Tri Astuti