
Seni
ilustrasi wajah yang ditampilkan dalam bentuk potongan-potongan (pop art)
pertama kali berkembang di USA, dengan senimannya yang terkenal yaitu Andy
Warhol. Sedangkan di Indonesia, perkembangannya bermula
dari seorang seniman bernama Wedha Abdul Rasyid yang menggeluti hobinya pada
tahun 1990 dalam bidang ilustrasi wajah dan membuat gaya baru dalam seni ini.
Diawali dari alasan terjadinya penurunan daya penglihatan karena usia yang
telah mencapai 40 tahun , sehingga ia sulit menggambar wajah dalam bentuk yang
realistis dan detail. Wedha kemudian mencoba illustrasi bergaya kubisme untuk gambarnya.
Secara garis besar WPAP adalah gaya ilustrasi potret manusia (biasanya
figur-figur terkenal) yang didominasi bidang-bidang datar marak warna yang
diletakkan di depan, tengah, dan belakang untuk menimbulkan dimensi.
Pop art memiliki bentuk dan teknik yang khas, gambar wajah para tokoh disusun dalam mosaik warna yang dipecah
menurut faset-fasetnya. Salah satu pecintanya adalah komunitas yang menamai
dirinya Wheda pop Art portrait (WPAP). Didirikan 27 November 2010 oleh Ito (Ketua Komunitas WPAP) dan Walet, “tujuan
dari komunitas WPAP sendiri adalah sebagai wadah, tempat berkumpul dan sharing
antar pencinta WPAP” ujar Zickin sebagai salah satua nggota aktif komunitas
WPAP.
Komunitas ini awalnya menyebar hanya di jejaring sosial
facebook, namun akhirnya tersebar hingga ke seluruh wilayah di Indonesia bahkan
mencapai negara asing, seperti Prancis dan
Brazil. Jumlah anggotanya di Indonesia sudah mencapai ribuan orang yang
tersebar di berbagai daerah seperti Jakarta, Bekasi, Depok, dll. “Kami sering melakukan kegiatan pameran-pameran
dan penjualan berbagai macam hasil kreasi WPAP seperti frame, baju/kaos, gelas,
poster, dsb,” lanjut Zickin. Selain pameran, WPAP juga sering mengadakan
seminar dan pelatihan-pelatihan ke berbagai universitas seperti UI (Universitas
Indonesia) dan UNPAD (UniversitasPadjadjaran).
“Untuk dapat bergabung di komunitas ini, kami tidak mengharuskan seseorang harus memiliki
jiwa seniman ataupun mempunyai modal dalam desain grafis, tetapi di sini menekankan
serius atau tidaknya untuk belajar dan berkarya” tambah Zickin. Dengan berbagai
manfaat positif yang bisa diperoleh, tentunya komunitas ini berharap jika ke
depannya akan semakin banyak yang bergabung dan seni pop art dapat semakin
berkembang di Indonesia. Selain itu, dapat tercipta masyarakat yang lebih bisa mengahargai karya-karya seni anak negeri.
# Miftahul Qolbi