Perdamaian merupakan perwujudan kerukunan, keharmonisan, serta rasa
toleransi antar individu, golongan, bangsa, dan negara. Ironinya, di era
globalisasi seperti saat ini, tatanan kehidupan masyarakat seakan-akan enggan
menciptakan sebuah perdamaian. Hingga hadirlah Institut Titian Perdamaian,
sebuah lembaga yang memperjuangkan perdamaian antar sesama
Institut Titian
Perdamaian (ITP) merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang perdamaian
dan pencegahan konflik. Lembaga tersebut didirikan pada tanggal 14 Mei 2003. “Latar
belakang berdirinya Institut Titian Perdamaian berawal dari semangat, rasa kemanusiaan, keadilan,
solidaritas, keragaman, dan ikatan moral
antar anggota dalam
Gerakan Baku Bae untuk bergerak bersama dalam menangani proses konsiliasi konflik di Maluku selama 3,5 tahun,” ujar
Muhammad Ismail selaku peneliti Divisi Riset dan Pengelolaan Pengetahuan ITP. Dengan
semangat itu pula yang menjadikan Gerakan Baku Bae sebagai sebuah gerakan yang mampu
mengupayakan perdamaian di bumi Maluku. Kini, Gerakan Baku Bae Sekretariat Jakarta telah bertransformasi menjadi Institut Titian
Perdamaian (ITP).
Institut Titian Perdamaian
dibentuk untuk mewujudkan
sebuah tatanan masyarakat Indonesia yang berpotensi dalam mengelola konflik
sosial dengan mempromosikan
nilai-nilai pluralisme dan toleransi serta prinsip-prinsip hak asasi manusia sebagai
sendi-sendi dasar hidup, gagasan kebangsaan Indonesia yang humanistik, mengembangan
berbagai metodologi guna mencegah penggunaan kekerasan dalam penyelesaian
konflik sosial dengan organisasi lain di dalam maupun di luar negeri, serta
membangun kapasitas organisasi Institut Titian perdamaian.
ITP adalah bagian dari
ruang publik. Tempat dimana banyak orang berdiskusi, terbuka bagi siapapun yang
ingin belajar bersama dalam membangun perdamaian dan resolusi konflik, tanpa
memandang suku dan agama manapun. Ada banyak mahasiswa yang datang untuk
berdiskusi dan melakukan riset atau sekedar membaca buku di perpustakaan.
Beberapa pelatihan yang dilakukan juga melibatkan mahasiswa dan anak muda.
Sementara bentuk kegiatannya berupa riset, investigasi, diskusi bulanan, dan
pemberian pendidikan resolusi konflik melalui pelatihan-pelatihan. Untuk mencapai visi dan
misinya, Institut Titian Perdamaian membuat strategi yang harus ditempuh dengan cara mendorong peranannya
bukan hanya sebagai non-governmental
organizations belaka, tetapi juga sebagai lembaga penelitian sekaligus
gerakan sosial.
Sebagai elemen non-governmental organizations, ITP berupaya untuk
membangun kemitraan dan kerjasama dengan partner-partner
dan lembaga donor untuk menjalankan program pembangunan perdamaian yang
berkelanjutan di Indonesia. Sebagai sebuah lembaga penelitian, ITP berupaya
untuk selalu mengkaji dan menganalisis dinamika konflik di Indonesia, baik
konflik sosial, kekerasan komunal,
konflik etnik, konflik politik, dan konflik sumber daya alam, serta mengkaji upaya-upaya
pencegahan dan penangannya. “Harapan kami, perdamaian perlu menjadi kesadaran kita bersama. Bukan saja
pemerintah, tetapi semua lapisan masyarakat juga memiliki tanggung jawab yang
sama untuk menciptakan suasana damai,” tutup Muhammad Ismail.
Hanni Andani Putri